Senin, 14 Februari 2011

Evolusi Bulunggas

gallery

Burung berevolusi dari dinosaurus. Tetapi, bulunya mungkin berasal jauh lebih awal, dari leluhur dinosaurus dan pterosaurus. Reptil terbang pterosaurus ditutupi filamen tipis yang mungkin tampak seperti bulu kapas pada burung sempidan.
Oleh CARL ZIMMER
Foto oleh ROBERT CLARK
Sebagian besar orang tidak memiliki kesempatan untuk menyaksikan keajaiban alam secara langsung. Kita tidak akan melihat sedikit pun mata cumi-cumi raksasa yang sebesar bola basket. Namun, ada satu keajaiban alam yang dapat dilihat oleh hampir semua orang, tinggal melangkah ke luar rumah: dinosaurus yang menggunakan bulunya untuk terbang.

Burung begitu lazim di mana-mana, sehingga kita mudah mengabaikan darah dinosaurusnya dan bulu unik yang membuatnya bisa terbang. Untuk menahan gaya udara, bulunggas terbang berbentuk asimetris, tepi depan tipis dan kaku, sementara tepi belakang panjang dan fleksibel. Untuk menghasilkan gaya angkat, burung tinggal memutar sayap, mengatur aliran udara di bawah dan di atasnya.

Sayap pesawat menggunakan trik aerodinamika yang sama. Akan tetapi, sayap burung jauh lebih canggih. Poros bulunggas di tengah ditumbuhi serangkaian ruit ramping, setiap ruit ditumbuhi anak ruit (barbul), seperti ranting yang tumbuh di dahan, dilengkapi dengan kait kecil. Ketika kait ini mencantol ke kait anak ruit di sampingnya, terciptalah jaringan struktural yang sangat ringan tetapi luar biasa kuat. Ketika burung menyelisik untuk membersihkan bulunya, ruit ini memisah dengan mudah, lalu kembali bercantum seperti semula.

Asal-usul mekanisme menakjubkan ini merupakan salah satu misteri evolusi yang paling bertahan lama. Pada 1861, hanya dua tahun setelah Darwin menerbitkan Origin of Species, pekerja tambang di Jerman menemukan fosil spektakuler burung seukuran gagak yang dinamai Archaeopteryx, yang hidup sekitar 150 juta tahun lalu. Hewan ini tidak saja memiliki bulunggas dan ciri khas lain burung masa kini, tetapi juga sisa-sisa keturunan reptil, seperti gigi dalam mulutnya, cakar pada sayapnya, dan ekor panjang yang bertulang. Seperti halnya fosil ikan paus berkaki, Archaeopteryx tampaknya mengabadikan suatu momen dalam metamorfosis evolusi yang penting. "Ini kasus besar bagi saya," aku Darwin kepada temannya.